PERAWATAN BAYI BARU LAHIR
Faktor-faktor
yang menyebabkan kematian perinatal Padalah perdarahan, infeksi, kelahiran
preterm/bayi berat lahir rendah, asfiksia, hipotermi. Bahwa 50% kematian bayi
terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan, kurang
baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan
kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan kematian.
Menurut
Who Health Organization (WHO) proporsi kematian bayi baru lahir di
dunia sangat tinggi dengan estimasi sebesar 4 juta kematian bayi baru lahir
pertahun dan 1,4 juta kematian pada bayi baru lahir pada bulan pertama di Asia
tenggara. Hanya sedikit negara di Asia Tenggara yang mempunyai sistem
registrasi kelahiran yang baik sehingga tidak diperoleh data yang akurat
tentang jumlah kematian bayi baru lahir atau pun kematian pada bulan pertama.
Dalam Kenyataannya, penurunan angka kematian bayi baru lahir di setiap negara
di Asia Tenggara masih sangat lambat. Perkiraan kematian yang terjadi karena
perdarahan tali pusat adalah sekitar 550.000 lebih dari 50 % kematian yang
terjadi di Afrika dan Asia Tenggara disebabkan karena perdarahan masif pada
pada tali pusat pada umumnya terjadi akibat pecahnya pembuluh darah
umbilikus atau kelainan trombus pada bayi
Pada
waktu kelahiran, sejumlah adaptasi psikologis mulai terjadi pada tubuh bayi
baru lahir. Karena perubahan bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan
bagaimana ia membuat suatu transisi yang baik terhadap kehidupannya diluar
uterus. Bayi baru lahir juga membutuhkan perawatan yang dapat meningkatkan
kesempatan menjalani masa transisi dengan berhasil.
Menurut
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007. Angka kematian
bayi baru lahir sebesar 25 per 1000 kelahiran hidup. Sebagian besar penyebab
kematian terebut dapat dicegah dengan penanganan yang adekuat .
SUSENAS
(2005) menunjukkan bahwa AKB di Indonesia adalah 35 bayi per 1000 kelahiran
hidup, sedangkan AKB di propinsi Sumatera Utara mencapai 44 bayi per 1000
kelahiran hidup. Ini menunjukkan bahwa AKB di propinsi Sumatera Utara
masih di atas angka rata-rata nasional. Padahal pada tahun 2015 Indonesia telah
menargetkan AKB menurun menjadi 17 bayi per 1000 kelahiran hidup (Notoatmodjo,
2005).
Hasil
penelitian Sri Mutia Batu Bara (2009) di desa Kota Datar Kecamatan Hamparan
Perak Kabupaten Deli Serdang menyebutkan bahwa jumlah infeksi pada tali pusat
pada tahun 2008 berjumlah 65% kemudian meningkat menjadi 80% pada
tahun 2009, kondisi ini menumjukkan bahwa infeksi tali pusat di kecamatan
Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang dapat diprediksi angka infeksi tali pusat
semakin meningkat. Rendahnya pengetahuan tentang perawatan tali pusat diduga
turut menjadi faktor penyebab tingginya angka kematian akibat infeksi tali
pusat.
Perdarahan
pada tali pusat terjadi sebagai akibat dari trauma pengikatan tali pusat yang
kurang baik atau kegagalan proses pembentukkan trombus normal. Tetapi merupakan
hal yang normal apabila pendarahan yang terjadi disekitar tali pusat dalam
jumlah yang sedikit. Dimana, pendarahan tidak melebihi luasan uang logam dan
akan berhenti melalui penekanan yang halus selama 5 menit. Selain itu
perdarahan pada tali pusat juga bisa sebagi petunjuk adanya penyakit pada
bayi.
Perdarahan karena
pecahnya hematoma dapat mengakibatkan perdarahan masif, bahkan kematianbayi.
Pada kasus robekan pembuluh darah umbilikus tanpa adanya trauma, hendaknya
dipikirkan kemungkinan kelainan anatomik pembuluh darah, seperti pembuluh
aberan, insersi velamentosa tali pusat, atau plasenta multilobulanis. Pembulub
darah aberan mudah pecah karena dindingnya tipis dan tidak ada perlindungan
jelly Wharton.
Sewaktu
masih berada dalam rahim, bayi mendapatkan makanan dan oksigen melalui plasenta
atau tali pusat. Setelah bayi dilahirkan, tali pusat dipotong karena sudah
tidak lagi berfungsi sebagai alat penghantar makanan. Pangkal tali pusat yang
berwarna putih, bening, dan mengkilat baru putus setelah bayi berusia sekitar 1
sampai 3 minggu. Biasanya tali pusat yang belum putus akan membuat bayi rewel
karena tidak nyaman. Bayi merasa sakit bila tali pusatnya yang masih lembap itu
tersentuh. Karena itu, tali pusat perlu mendapat perawatan.
Merawat
tali pusat juga penting untuk mencegah terjadinya perdarahan, infeksi bahkan
tetanus neonatorum, yang dapat menyebabkan kematian. Tubuh bayi yang baru lahir
belum cukup kuat menangkal kuman infeksi. Karena itu, tali pusat harus dalam
keadaan bersih dan tetap kering sampai tali pusat mengering, menyusut, dan
lepas dari pusat bayi.
Tujuan
asuhan kebidanan yang lebih luas selama masa ini adalah memberikan
perawatan komprehensif kepada bayi baru lahir pada saat ia
dalam ruang- rawat, untuk mengajarkan orang tua sehingga orang tua bayi
memiliki pengetahuan dan sikap yang baik terhadap bagaimana merawat bayi
mereka, dan untuk memberi motivasi terhadap upaya pasangan menjadi orang tua,
sehingga orang tua percaya diri dan mantap.
factor-factor penyebab
terjadinya pendarahan tali pusat:
ü Robekan
umbilikus normal
ü Robekan
umbilikus abnormal
ü Robekan
pembuluh darah abnormal
ü Perdarahan
akibat placenta previa dan abrotio placenta
Penanganannya:
Penanganan
disesuaikan dengan penyebab dari perdarahan tali pusat yang terjadi
Untuk
penanganan awal, harus dilakukan tindakan pencegahan infeksi paa tali pusat.
Segera
lakukan inform consent dan inform choise pada keluarga pasien untuk dilakukan rujukan.
Membiarkan
tali pusat setelah bayi agir itu adalah normal, dan penjepitan tali pusat
setelah bayi lahir sebenarnya adalah intervensi bedah dalam proses kelahiran
normal. Sehingga harusnya tindakan pengekleman tali pusat segera setelah bayi
lahir itu didiskusikan dengan keluarga. Namun dengan adanya aturan seperti
“management aktif kala” SC maka penundaan pengekleman tali pusat semakin jarang
dilakukan. Namun jika Anda mengetahui keuntungan penundaan pengekleman tali
pusat dan mengetahui keuntungan dari penundaan [engekleman tali pusat pada bayi
Anda, saya yakin Anda akan memilih untuk memberikan yang terbaik untuk bayi
Anda.
Saat
ini banyak bukti kuat dan berdasarkan penelitian ilmiah yang terpercaya bahwa
pengekleman dan pemotongan tali pusat segera setelah lahir bisa bahaya untuk
bayi Anda. Sedangkan penundaan pengekleman tali pusat banyak
keuntungannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar