BAB
I.
PEMBAHASAN
I.I Menopause dan Therapi Sulih
Hormon
a.
Pengertian
Menopause
Pada umumnya setiap wanita akan mengalami menopause,
namun dalam jangka waktu yang berbeda-beda. Menopause juga merupakan suatu
tahap yang normal dalam kehidupan seorang wanita. Secara fungsional, menopause
dapat dianggap sebagai sindrom menghilangnya estrogen. Keadaan ini diketahui
dengan terhentinya menstruasi pada wanita dengan timbul tanda dan gejala-gejala
seperti hot flashes (rasa panas), insomnia, atrofi vagina, pengecilan payudara,
dan penurunan elastisitas kulit. Osteoporosis dan penyakit kardiovaskuler
menggambarkan dampak jangka panjang defisiasi estrogen. Keduanya merupakan
tanda yang timbul lebih lambat dan kurang dapat diperkirakan dibandingkan tanda
dan gejala awal menopause.
Oleh karena itu, kesehatan seorang wanita yang telah
menopause harus diperhatikan. Seorang wanita akan mengalami penuaan indung
telur, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan akan hormon estrogennya. Maka
dari itu, sistem hormonal seluruh tubuhnya mengalami kemunduran dalam
reproduksi atau pengeluaran hormon. Kemunduran kelenjar tiroid dengan
hormontiroksin untuk metabolisme umum. Kemunduran kelenjar paratiroid yang
mengatur metabolisme kalsium. Terdapat peningkatan hormon FSH dan LH. Perubahan
kemampuan dalam mereproduksi hormon mengakibatkan berbagai perubahan-perubahan
paa diri seorang wanita yang menopause (fisik dan psikis).
Dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa menopause
adalah penghentian atau terhentinya haid (menstruasi) yang merupakan keadaan
yang normal pada seorang wanita berusia lanjut. Menopause juga dapat diartikan
sebagai suatu keadaan tidak terjadinya periode menstruasi selama 12 bulan
akibat dari tidak aktifnya folikel sel telur. Periode transisi menopause
dihitung dari periode menstruasi terakhir diikuti dengan 12 bulan periode
amenorea (tidak mendapatkan siklus haid). Menopause juga merupakan bagian dari periode transisi perubahan masa
reproduktif ke masa tidak reproduktif. Usia rata-rata menopause seorang wanita
berkisar 43 – 57 tahun. Namun tidak ada cara yang pasti untuk memprediksi kapan
seorang wanita akan memasuki masa menopause. Selain itu, faktor keturunan juga
berpengaruh terhadap proses ini, karena seorang wanita akan mengalami menopause pada
usia yang tidak jauh berbeda dari ibunya
pada saat mengalami menopause tersebut.
b.
Fisiologi
Menopause
Menopause dapat disebabkan oleh sistem saraf pusat
dan ovarium. Pada masa menopause ovum berukran kecil dan tidak berisi folikel.
Mekanisme yang terkait dalam saraf pusat dan gonad sangat luas dan
menggambarkan proses penuaan yang umum.
Fertilitas menurun secara drastis pada wanita saat memasuki
usia 35 tahun dan lebih cepat lagi setelah usia tahun. Percepatan setelah usia
40 tahun mungkin merupakan tanda pertama dari kegagalan ovarium yang akan
terjadi. Sekitar 3-4 tahun sebelum menopause, kadar FSH mulai meningkat sedikit
dan produksi estrogen, inhibin, dan progesteron ovarium menurun. Lamanya siklus
menstruasi cenderung memendek seiring dengan fase folikular yang secara progresif
memendek. Akhirnya ovulasi dan menstruasi benar-benar berhenti. Usia onset
menopause hanya sedikit mengalami sedikit perubahan sepanjang wakktu. Usia
menopause dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu contohnya adalah faktor
keturunan dari sang ibu. Oleh karena itu, usia menopause seorang ibu dapat
dijadikan sebagai perkiraan untuk usia menopause anak perempuannya.
Selama menopause, penurunan produksi estrogen dan
inhibin ovarium mengurangi sinyal umpan sinyal negatif terhadap hipofisis dan
hipotalamus dan menyebabkan peningkatan yang progresif pada kadar gonadotropin.
Karena inhibin bekerja secara khusus untuk meregulasi FSH, maka kadar FSH
meningkat secara tidak proporsional terhadap kadar LH. Jika terdapat keraguan,
maka peningkatan kadar FSH serum yang menetap memastikan diagnosis menopause.
Walaupun produksi estrogen ovarium berhenti, ovarium terus membuat androgen
testosteron dan androstenedium.
Mayoritas biosintesis steroid terjadi didalam sel
hilus medula kelenjar dan sangat sedikit terjadi di dalam stroma. Sel hilus
memiliki asal-usul embriologis yang sama dengan sel leydig testis, yang
merupakan sel pensekresi androgen pada pria.
Walaupun produksi estrogen ovarium berhenti saat
menopause, wanita pascamenopause tidak sepenuhnya mengalami defisiensi
estrogen. Jaringan-jaringan perifer seperti lemak, hati, dan ginjal
menghasilkan enzim aromatase dan dapat mengubah androgen yang bersirkulasi
menjadi estrogen. Perbedaan utama antara estrogen yang langsung disekresi oleh
ovarium dengan estrogen yang berasal dari konversi perifer adalah sebagian
besar estrogen yang diprodeuksi dari konversi diperifer adalah estron. Estron
merupakan estrogen yang dihasilkan dari aromatisasi endrostenedion, suatu
androgen utama yang disekresi oleh ovarium pascamenopause dan kelenjar adrenal.
Estron merupakan estrogen yang sangat lemah dibandingkan dengan estradiol. Pada
konsentrasi yang biasa ditemuka pada wanita opascamenopause, estron tidak
memberikan proteksi terhadap dampak jangka panjang defisiensi estrogen. wanita
pascamenopause yan obesitas terlindungi dari dampak jangka panjang ini. Lemak
secara khusus kaya akan aktivitas aromatase dan wanita pascamenopause yang
obesitas dapat memproduksi estron dalam jumlah yang besar. Jumlah estron
endogen yang besar, memberikan perlindungan terhadap risiko gejala vasomotor
dan esteoporosis pada menopause. Pajanan terus-menerus endometrium terhadap
stimulasi estrogen yang tidak dilawan oleh progesteron pascaovulasi akan
meningkatkan risiko terjadinya hiperplasia dan karsinoma endometrium. Endometrium
tidak pernah di konversi dari keadaan proliferatif yang fisiologis menjadi
bentuk secretorif dan pertumbuhan yang tidak terkontrol dapat menimbulkan
perubahan neoplastik. Risiko terhadap stimulasi endometrium yang serupa juga
terjadi pada wanita ynag hanya mendapatkan estrogen sebagai pengganti hormon
pascamenopause.
c.
Tanda
dan Gejala Menopause
Gejala-gejala
yang normal dialami pada masa menopause diantaranya
·
Hot flashes
Hot flashes umum
terjadi pada wanita menopause, berlangsung selama 30 detik sampai beberapa
menit, dan kadang diikuti dengan berkeringat terutama malam hari. Lingkungan
panas, makan makanan atau minuman panas atau makanan pedas, alkohol, kafein,
dan stress dapat menyebabkan terjadinya hot flashes. Hot flashes nokturnal
sering membangunkan wanita dari tidurnya dan dapat menyebabkan gangguan tidur
yang berat atau insomnia. Sebagian besar wanita merasakan sensasi tekanan pada
kepala yang diikuti oleh rasa panas atau terbakar. Modifikasi gaya hidup,
olahraga teratur, dan meredakan kecemasan dapat menurunkan gejala ini. Hubungi
dokter bila memerlukan obat-obat antidepresi atau terapi hormonal.
·
Kekeringan pada vagina
Gejala pada vagina
dikarenakan vagina yang menjadi lebih tipis, lebih kering, dan kurang elastik
berkaitan dengan turunnya kadar hormon estrogen. Gejalanya adalah kering dan
gatal pada vagina atau iritasi dan atau nyeri saat bersenggama. Dapat
menggunakan pelumas vagina yang dijual bebas atau krim pengganti estrogen yang
digunakan dengan mengusapkannya pada vagina. Apabila terjadi perdarahan setelah
menggunakan krim estrogen segera pergi ke dokter
·
Gangguan tidur
Lakukan latihan fisik
sekitar 30 menit per hari tapi hindari berolahraga dekat dengan waktu tidur.
Hindari alkohol, kafein, makan dalam jumlah besar, dan bekerja tepat sebelum
waktu tidur. Usahakan suhu kamar tidur tidak terlalu panas. Hindari tidur siang
dan coba untuk tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap harinya. Dapat
dilakukan latihan relaksasi seperti meditasi sebelum tidur
·
Gangguan daya ingat
Pada masa menopause,
wanita sangat memungkinkan untuk mendapatkan gangguan pada daya ingatnya saat
masa menopause. Maka dari itu, wanita yang menopause dianjurkan Tidur dalam
jumlah yang cukup dan usahakan tetap aktif selalu agar daya ingat para wanita tetap
terpelihara dan tetap dapat mempertahankan daya ingatnya.
·
Perubahan pada tulang
Hilang massa tulang
pada wanita sebenarnya dimulai pada usia 30an. Kehilangan massa tulang yang
paling cepat terjadi dalam 3-4 tahun pertama setelah menopause. Osteoporosis
yang disebabkan oleh defisiensi estrogenyang berkepanjanganmeliputi penurunan
kuantitas tulang tanpa perubahan pada komposisi kimianya. Pembentukan tulang
oleh osteoklas normal pada wanita yang mengalami defisiensi estrogen, namun
kecepatan resorpsi tulang osteoklas meningkat. Tulang trabekuler adalah yang
pertama terkena, diikuti oleh tulang kortika. Estrogen tampaknya bekerja secara
berlawanan dengan efek hormon paratiroid (PTH) pada mobilisasi kalsium. Hal ini
mungkin terjadi sebagai efek langsung dari estrogen pada tulang karena reseptor
estrogen ditemukan pada sel-sel tulang yang dikultur.
·
Perubahan kardiovaskuler
Reseptor estrogen
terdapat pada pembuluh darah dan estrogen tampaknya secara klinis menurunkan
resistensi vaskuler dan meningkatkan aliran darah. Suatu mekanisme yang mungkin
mengenai bagaimana estrogen dapat memperbaiki aliran darah adalah melalui kemampuan
dalam menurunkan produksi endotelin, suatu vasokontriktor yang poten, oleh
endoteli vaskuler. Terapi estrogen juga berhubungan dengan meningkatnya
lipoprotein berdensitas tinggi (HDL) dan menurunkan lipoprotein berdensitas
rendah (LDL).
·
Perubahan mood
Pada wanita yang berada
dalam masa menopause sangatlah sering mengalami perubahan mood dan perubahan
emosional. Seperti halnya mudah tersinggung, suka marah dan sebagainya. Salah
satu car untukmengatasinya adalah dengan tidur dalam jumlah yang cukup dan usahakan
aktif selalu dalam kegiatan guna mengisi waktu-waktu yang kosong.
·
Penurunan keinginan berhubungan seksual
Pada beberapa kasus
penyebab penurunan keinginan seksual adalah faktor emosi. Selain itu, penurunan
kadar estrogen menyebabkan kekeringan pada vagina sehingga berhubungan seksual
menjadi tidak nyaman dan sakit. menkonsumsi hormon androgen dapat meningkatkan
gairah seksual dan pemakaian pelumas dapat mengurangi nyeri. Beberapa wanita
mengalami perubahan gairah seksual akibat rasa rendah diri karena perubahan
pada tubuhnya.
·
Gangguan berkemih
Kadar estrogen yang
rendah menyebabkan penipisan jaringan kandung kemih dan saluran kemih yang
berakibat penurunan kontrol dari kandung kemih atau mudahnya terjadinya
kebocoran air seni (apabila batuk, bersin, atau tertawa) akibat lemahnya otot
di sekitar kandung kemih. Hal tersebut dapat meningkatkan risiko infeksi
saluran kemih.
Hal tersebut diatasi
dengan latihan panggul (pelvic floor exercise). Kontraksikan otot panggul seperti ketika
sedang mengencangkan atau menutup vagina atau membuka anus (dubur). Tahan
kontraksi dalam 3 hitungan kemudian relaksasikan. Tunggu beberapa detik dan
ulangi lagi. Lakukan latihan ini beberapa kali dalam sehari (dengan total 50
kali per hari) maka dapat memperbaiki kontrol kandung kemih
·
Perubahan fisik lainnya
Distribusi lemak dalam tubuh
setelah menopause menjadi berubah, lemak tubuh pada umumnya terdeposit pada
bagian pinggang dan perut. Selain itu terjadi perubahan di tekstur kulit yaitu
keriput dan jerawat. Sejak meopause, badan wanita menghasilkan sedikit hormon
pria testosteron yang mengakibatkan beberapa wanita dapat mengalami pertumbuhan
rambut pada bagian dagu, bagian bawah dari hidung, dada, atau perut.
d.
Penatalaksanaan
v Menghindari
Perubahan Kejiwaan
Perubahan dan gejolak
jiwa menghadapi masa tua (menopause) dapat dihindari dengan adanya keharmonisan
dan saling pengertian serta kasih sayang yang penuh. Ditengah keluarga yang
harmonis, kesiapan menerima proses penuaan semakin besar tanpa adanya gejala
klinis yang berat ataupun berarti.
v Menghindari
Penuaan Kulit Terlalu Cepat
Semakin tua umur
seseorang maka semakin tipis kulit seseorang tersebut,dan semakin sensitif
terhadap sinr matahari. Lapisan lemak yang berada di bawah kulitnya semakin
longgar yang dapat menyebabkan kulit keriput dan kering di daerah wajah, dagu,
dan leher. Maka dari itu, wanita dianjurkan
menjaga dan merawat kulitnya pada sebelum masa menopause taupun pada
masa menopause itu datang.
v Menyesuaikan
Pola Makan
Sebaiknya wanita hanya
memakan makanan yang diperlukan saja yang memenuhi syarat 4 sehat 5 sempurna.
Jangan memakan makanan yang banyak mengandung kolestrol. Makan hanyalah sekedar
dapat mempertahankan proses pergantian jaringan yang rusak dan mengelupas.
Kelebihan makan dapat mengakibatkan perubahan berat badan dan dapat menybabkan
berbagai penyakit seperti kencing manis, hipertensi, kolestrol tinggi, penyakit
jantung koroner dan sebagainya. Hal ini disebabkan karna adanya penurunan
hormon yang dibutuhkan oleh tubuh dan penurunan kemampuan metabolisme dalam
tubuh.
Pada masa menopause
wanita sangat dianjurkan untuk memakan sayur-sayuran dan buah-buahan. Hal ini
dikarenakan sayur dan buah sangat banyak mengandung vitamin yang dibutuhkan
oleh tubuh dan dapat menurunkan lemak dan kolestrol dalam tubuh.
v Mempertahankan
Aktifitas Seksual
Mada masa menopause,
aktifitas seksual masihlah merupakan suatu kebutuhan bagi pasangan suami-istri.
Namun, dalam masa ini kuantitas seksual tersebut telah menurun dan untuk
mencapai kualitas seksual tersebut sangatlah sulit pada menopause ini. Untuk
mencapai kualitas dan tingkat eksotis haruslah memerlukan waktu dan kesabaran
antara keduabelah pihak
Untuk dapat mencapai
dan memberikan fantasi erotik yang lebih sempurna, pastinya memerlukan sebuah
bayangan, melihat adegan erotik, dan dapat disolusikan denagn cara memutar film
yang dapat meningkatkan kegairahan seksual (pemutaran film seksual jangan
disalahartikan, hanya semata-mata untuk keharmonisan sebuah keluara). Konsep aktifitas seksual sudah dijabarkan
dengan tujuan dan berdasarkan kepentingan kekeluargaan.
v Mempertahan
Aktivitas Fisik
Untuk mempertahankan aktivitas
fisik wanita dalam masamenopause ini dapat dilakukan dengan cara berolahraga
ataupun mengikuti senam ataupun olahraga lainnya yang sesuai dengan kemampuannya.
e.
Therapi
Sulih Hormon
Pada wanita menopause tidak mengalami haid
(menstruasi) yang disebabkan oleh kekurangan hormon estrogen, maka
pengobatannya adalah dengan cara pemberian hormon pengganti estrogen, yang
dikenal dengan istilah Terapi Pengganti Estrogen atau Estrogen Replacement
Therapy (ERT). Karena pemberian estrogen ini biasanya dikombinasikan dengan
pemberian hormon progesteron, maka dikenal istilah Terapi Pengganti Hormon
(TPH) atau Terapi Sulih Hormon (TSH) atau Hormone Replacement Therapy (HRT).
Banyak
wanita menopause yang mendapatkan terapi hormon estrogen saja atau estrogen dan
progesteron untuk mengatasi gejala yang menyertai menopause. Pemberian hormon ini
juga diharapkan dapat mencegah terjadinya osteoporosis dan mengurangi risiko
terjadinya penyakit jantung iskemik. Pemberian hormon pada wanita menopause
bertujuan untuk mengembalikan keadaan hormonal seperti pada saat premenopause,
namun hingga kini tidak ada preparat sulih hormon yang dapat menyamai pola
sekresi hormon pada wanita premenopause. Pemberian terapi sulih
hormon tidak ditujukan untuk mencegah terjadinya menopause, melainkan hanya
ditujukan untuk mencegah dampak kesehatan akibat menopause tersebut, baik
keluhan jangka pendek maupun jangka panjang. Cara pemberian hormon yang sangat
efektif adalah secara oral. Keuntungan pemberian cara oral adalah dapat
menstimulasi metabolisme kolesterol HDL di hati dan faktor-faktor tertentu di
hati yang dapat membentuk metabolisme kalsium, sehingga sangat baik digunakan
untuk mencegah kekeroposan tulang dan perkapuran dinding pembuluh darah
(aterosklerosis). Bila tidak dapat diberikan terapi sulih hormon (TSH) secara
oral, misalnya timbul mual, muntah atau lainnya, maka dapat dipikirkan pemberian
cara lain, yaitu estrogen transdermal berupa plester dengan dosis 25 - 50
ug/hari. Selain itu dapat juga diberikan estrogen dalam bentuk krem, yang
sangat baik untuk mengatasi keluhan berupa atrofi epitel vagina (dispareunia). Kedua
cara pemberian tersebut (transdermal dan krem) perlu juga disertai dengan
pemberian progesteron. Beberapa kontraindikasi yang harus diketahui sebelum
pemberian TSH dimulai antara lain adalah: hipertensi kronik (telah dimulai
sebelum menopause), obesitas, varises yang berat, menderita penyakit kelenjar
tiroid atau sedang dalam perawatan, menderita atau dengan riwayat penyakit hati
yang berat, hasil pap smear abnormal, kanker payudara dan gangguan fungsi
ginjal . Kontraindikasi yang begitu banyak sebenarnya berlaku untuk pemberian
pil kontrasepsi, karena pil kontrasepsi mengandung hormon estrogen dan
progesteron sintetik, sedangkan terapi sulih hormon menggunakan hormon alamiah.
Beberapa kontraindikasi seperti diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung
koroner, stroke merupakan kontraindikasi untuk pil kontrasepsi, namun bukan
merupakan kontraindikasi untuk pemberian terapi sulih hormon. Organisasi
Kesehatan se Dunia (World Health Organization/WHO) pada tahun 1997
telah membuat kesepakatan bahwa untuk pencegahan keluhan jangka panjang perlu
diberikan TSH sedini mungkin, yaitu 1-2 tahun setelah masa menopause, meskipun
wanita tersebut belum mengalami keluhan apapun. Keluhan-keluhan yang timbul
akibat kekurangan estrogen pada umumnya baru akan menghilang setelah pengobatan
berlangsung selama 18 – 24 bulan. Mengenai berapa lama TSH dapat diberikan,
masih terjadi silang pendapat, namun kebanyakan ahli menganjurkan penggunaannya
selama 10 - 20 tahun, atau selama wanita tersebut masih merasa nyaman dan ingin
terus menggunakannya. Selama pemberiannya dikombinasikan dengan progesteron,
maka tidak perlu takut dengan keganasan. Jarang dijumpai penyembuhan dalam
waktu singkat. Bila setelah beberapa bulan pengobatan keluhan tidak juga hilang
meskipun dosis telah dinaikkan, maka perlu dicari faktor-faktor lain yang
mungkin terjadi bersamaan dengan keluhan klimakterik.
Lama penggunaan terapi sulih hormon di dalam panduan The Hong Kong College
of Obstreticians and Gynaecologists diyatakan tidak ada aturan mengenai lamanya
penggunaan terapi sulih hormon, namun berdasarkan hasil studi WHI disarankan
agar berhati-hati bila meresepkan terapi sulih hormon jangka panjang. Menurut
NHMRC lamanya pemberian terapi sulih hormon diantaranya:
ü Untuk penatalaksanaan
gejolak panas, pemberian terapi sulih hormon sistemik selama 1 tahun dan
kemudian dihentikan total secara berangsur-angsur (dalam periode 1-3 bulan)
dapat efektif.
ü Untuk
perlindungan terhadap tulang dan menghindari atrofi urogenital, pemakaian
jangka lama diindikasikan tetapi lamanya waktu yang optimal tidak diterangkan
dengan jelas.
ü Setelah
penghentian terapi masih terdapat manfaat untuk perlindungan terhadap tulang
dan koroner, tetapi menghilang bertahap setelah beberapa tahun.
Mengacu pada
hasil penelitian terbaru dari WHI, lama pemakaian terapi sulih hormon di
Indonesia maksimal 5 tahun. Hal ini ditentukan berdasarkan aspek keamanan
penggunaan terapi sulih hormon jangka panjang.
f. Efek Terapi Sulih Hormon
Seperti
semua obat lainnya, sulih hormon juga dapat menimbulkan efek samping. Efek
samping terkait estrogen berupa mastalgia (nyeri pada payudara), retensi
cairan, mual, kram pada tungkai dan sakit kepala. Kenaikan tekanan darah dapat
terjadi, namun sangat jarang. Perlu untuk menginformasikan kepada pasien bahwa
mastalgia tidak berkaitan dengan kanker payudara. Sedangkan efek samping
terkait progestin antara lain retensi cairan, kembung, sakit kepala dan
mastalgia, kulit berminyak dan jerawat, gangguan mood dan gejala seperti gejala
pramenstrual. Perdarahan vagina merupakan keluhan yang sering ditemui dan
meresahkan wanita. Penggunaan progestin kontinyu dapat menyebabkan perdarahan
vagina yang tidak dapat diprediksi polanya, dengan atau tanpa spotting selama
beberapa bulan. Sebanyak 5-20% dari wanita ini bisa pernah mengalami amenorea
dan mungkin beralih ke terapi hormon siklik yang memberikan pola perdarahan
yang lebih dapat diprediksi. Keluhan-keluhan ini menghilang sendiri dalam
beberapa bulan atau dengan mengganti jenis dan dosis sulih hormon. Pada
pemakaian plester dapat terjadi iritasi kulit. Banyak orang berpendapat bahwa
pemakaian terapi sulih hormon dapat menyebabkan penambahan berat badan namun
berbagai penelitian tidak membuktikan adanya hubungan antara sulih hormon
dengan kenaikan berat badan permanen. Nafsu makan memang meningkat, namun
diperkirakan akibat wanita tersebut merasa sehat dan nyaman. Pemberian terapi
sulih hormon mempengaruhi distribusi lemak, terutama pada panggul dan paha,
namun tidak pada perut. Perlu diingat bahwa 45% wanita mengalami kenaikan berat
badan pada usia 50-60 tahun meskipun mereka tidak mendapatkan terapi sulih
hormon.
I.II Andropause
a.
pengertian
Andropause
Andropause berasal
dari kata andro yang berarti pria dan pause yang berarti penghentian. Maka
andropause dapat diartikan sebagai berhentinya proses fisiologi pada seorang
pria. Andropause merupakan sindrom pada pria lansia yang berupa penurunan
kemampuan fisik, seksual dan psikis. Hal ini selalu dihubungkan dengan
penurunan kadar hormon testosteron dalam darah.
Pada pria yang mengalami andropause terdapat
penurunan produksi spermatozoa, hormon testosteron dan hormon-hormon lainnya.
Perubahan yang terjadi pada pria lansia tersebut tentunya sangatlah bervariasi
antara individu dan biasanya tidak sampai menyebabkan hipogonadisme yang berat.
Proses penuaan pada pria yang normal biasanya
dipengaruhi oleh penurunan 3 (tiga) hormon yakni; hormon testosteron. Insulin
growth factor dan growth hormon.
b.
Fisiologi
Andropause
Testosteron merupakan hormon seks laki-laki
(androgen) yang terpenting. Hormon testosteron juga merupakan hormonsteroid
yang terbentuk dari kholesterol. Testosteron di sekresikan oleh sel-sel
interstisial leydig yang terdapat didalam testis. Sebenarnya testis mensekresi
beberapa hormon, yakni hormon testosteron, dihidroostestosteron,
androstenedion. Namun, karena jumlah testosteronlah yang memiliki jumlah lebih
banyak daripada hormon lainnyamaka testosteron dianggap hormon testikular yang
paling penting walaupun sebagian testosteron diubah menjadi dihidrotestosteron
yang lebih aktif terhadap jaringan yang ditargetkan.
Sebelum testosteron menjadi bioaktif biasanya
androgan diubah terlebih dahulu menjadi dihidrotestosteron. Androgen
(testosteron, dihidrotestosteron, androstendion) pada umumnya sangat dibutuhkan
dalam perkembangan sifat-sifat seks primer maupun sekunder pada laki-laki.
Testosteron dalam jumlah besar disekresi oleh sel
setroli yang terdapat didalam jaringan testis yang berada diantara jaringan
interstisial. Dan sebagian kecilnya di sekresi oleh kelenjar adrenalis.
Dalam peredaran darah, androgen akan berikatan
dengan suatu molekul protein (binding protein). Hanya sebagian kecil androgen
saja yang tidak berikatan (bebas). Selain berikatan dengan molekul protein,
sebagian androgen juga berikatan dengan globulin yang di sebut sex hormon
binding globuline (SHBG). Dengan adanya ikatan tersebut itu dapat memudahkan
androgen untuk memasuki sel yang ditargetkan dan memberikan efek fisiologisnya.
Pada usia 20 tahun, pria memiliki kadar testosteron
tertinggi yang akan dipertahankan dalam jangka waktu sekitar 10-20 tahun.
Namun, testosteron tersebut akan mengalami penurunan sekitar 1% setiap tahunnya
dan pada usia lanjut, pria akan mengalami penurunan fungsi sistem reproduksi
sebagai akibat dari penurunan jumlah hormon testosteron dan availabilitasnya.
Selain berpengaruh terhadap perkembangan seks primer
dan sekunder pada pria, testosteron juda berengaruh terhadap pertumbuhan
tulang, sistem imun, metabolisme basal, produksi sel darah merah,serta
pengaturan elektrolit dan keseimbangan cairan dalam tubuh seorang laki-laki.
Akibat yang merupakan dari penurunan hormon tostesteron yakni diantaranya
kelelahan, gangguan mood, spermatogenesis terganggu, perasaan bingung, gangguan
ingatan, rasa panas(hot flush), keringat pada malam hari, insomnia, dan
sebagainya.
Pada usia lanjut (sekitar 40 tahun) pria akan
mengalami penurunan testosteron didalam
darah aktif sekitar 0,8-1,6 % setiap tahunnya dan bioavailibitasnya sekitar 50%
pada umur 25-75 tahun.
c.
Tanda
Dan Gejala Andropause
Bersamaan
dengan proses penuaan, ritme sirkardian testosteron menghilang. Penurunan kadar
testosteron pada pria menimbulkan beberapa gejala dan keluhan sebagai berikut:
Ø Ganguan
vasomolor
Tubuh terasa panas,
insomnia, rasa gelisah, takut akan perubahan yang terjadi.
Ø Gangguan
kognitif dan suasana hati
Mudah lelah, penurunan
konsentrasi, keluhan depresi, nervous, kurang percaya diri, menurunnya motivasi
dalam berbagai hal.
Ø Gangguan
virilitas
Menurunnya kekuatan dan
berkurangnya tenaga secara signifikan, menurunnya kekuatan dan massa otot,
perubahan pertumbuhan rambut, perubahan kualitas dan kuantitas kulit,
osteoporosisi, dan penumpukan lemak dapa daerah abdominal.
Ø Gangguan
seksual
Menurunnya minat seksual, perubahan
tingkah laku dan aktifitas seksual, kualitas orgasme menurun, berkurangnya
kemampuan ereksi dan ejakulasi, menurunnya libido yang menyebabkan turunnya
minat seksual.
d.
Penatalaksaan
(Pengobatan)
Pada zaman dahulu penurunan hormon akibat
bertambahnya usia dianggap tidak dapat diobati, namun paradigma sekarang telah
mengubah anggapan tersebut. Pengobatan yang paling tepat untuk androgen adalah
penerapah terapi sulih hormon dengan pemberian hormon testosteron.
Prinsip penatalaksaan kadar testosteron adalah
mempertahankan kadar testosteron tersebut tetap normal. Tujuan dari pemberian
terapi adalah guna mempertahankan kadar testosteron di dalam rentan nilai yang
normal.
Cara pemberiannya dapat diberikan dalam bentuk
tablet (per oral) dan cairan yang disuntikkan (per intra muscular).
BAB II.
PENUTUP
II.I Kesimpulan
Menopause
adalah penghentian atau terhentinya haid (menstruasi) yang merupakan keadaan
yang normal pada seorang wanita berusia lanjut atau sebagai suatu keadaan tidak
terjadinya periode menstruasi selama 12 bulan akibat dari tidak aktifnya
folikel sel telur. Gejala-gejala yang normal dialami pada masa menopause
diantaranya:
Ø Hot
flashes
Ø Kekeringan
pada vagina
Ø Gangguan
tidur
Ø Gangguan
daya ingat
Ø Perubahan
pada tulang
Ø Perubahan
kardiovaskuler
Ø Penurunan
keinginan berhubungan seksual
Ø Perubahan
mood
Ø Gangguan
berkemih
Ø Perubahan
fisik lainnya
Penatalaksaan
dengan cara seperti menghindari perubahan kejiwaan, menghindari penuaan terlalu
cepat, menyesuaikan pola makan, mempertahankan aktivitas fisik dengan cara berolahraga
ataupun senam, serta mempertahankan aktivitas seksual.
Pada
wanita menopause tidak mengalami haid (menstruasi) yang disebabkan oleh
kekurangan hormon estrogen, maka pengobatannya adalah dengan cara pemberian
hormon pengganti estrogen, yang dikenal dengan istilah Terapi Pengganti
Estrogen atau Estrogen Replacement Therapy (ERT). Karena pemberian
estrogen ini biasanya dikombinasikan dengan pemberian hormon progesteron, maka
dikenal istilah Terapi Pengganti Hormon (TPH) atau Terapi Sulih Hormon (TSH)
atau Hormone Replacement Therapy (HRT). Sama halnya dengan pria, pria
yang andropause akan diberikan hormon testosteron . terapi itu juga disebut
dengan therapi sulih hormon (TSH). Efek samping terkait estrogen berupa
mastalgia (nyeri pada payudara), retensi cairan, mual, kram pada tungkai dan
sakit kepala.
Andropause berasal dari kata andro yang berarti
pria dan pause yang berarti penghentian. Maka andropause dapat diartikan
sebagai berhentinya proses fisiologi pada seorang pria. Andropause merupakan
sindrom pada pria lansia yang berupa penurunan kemampuan fisik, seksual dan
psikis. Hal ini selalu dihubungkan dengan penurunan kadar hormon testosteron
dalam darah.
Testosteron
merupakan hormon seks laki-laki (androgen) yang terpenting. Hormon testosteron
juga merupakan hormonsteroid yang terbentuk dari kholesterol. Testosteron di
sekresikan oleh sel-sel interstisial leydig yang terdapat didalam testis.
Sebenarnya testis mensekresi beberapa hormon, yakni hormon testosteron,
dihidroostestosteron, androstenedion. Testosteron
dalam jumlah besar disekresi oleh sel setroli yang terdapat didalam jaringan
testis yang berada diantara jaringan interstisial. Dan sebagian kecilnya di
sekresi oleh kelenjar adrenalis.
Dalam
peredaran darah, androgen akan berikatan dengan suatu molekul protein (binding
protein). Hanya sebagian kecil androgen saja yang tidak berikatan (bebas).
Selain berikatan dengan molekul protein, sebagian androgen juga berikatan
dengan globulin yang di sebut sex hormon binding globuline (SHBG). Dengan
adanya ikatan tersebut itu dapat memudahkan androgen untuk memasuki sel yang
ditargetkan dan memberikan efek fisiologisnya. Pada usia 20 tahun, pria
memiliki kadar testosteron tertinggi yang akan dipertahankan dalam jangka waktu
sekitar 10-20 tahun. Namun, testosteron tersebut akan mengalami penurunan
sekitar 1% setiap tahunnya dan pada usia lanjut, pria akan mengalami penurunan
fungsi sistem reproduksi sebagai akibat dari penurunan jumlah hormon
testosteron dan availabilitasnya.
Pada
usia lanjut (sekitar 40 tahun) pria akan mengalami penurunan testosteron didalam darah aktif sekitar 0,8-1,6 % setiap
tahunnya dan bioavailibitasnya sekitar 50% pada umur 25-75 tahun. Tanda dan
gejala andropause diantaranya:
v Ganguan
vasomolor
Tubuh terasa panas,
insomnia, rasa gelisah, takut akan perubahan yang terjadi.
v Gangguan
kognitif dan suasana hati
Mudah lelah, penurunan
konsentrasi, keluhan depresi, nervous, kurang percaya diri, menurunnya motivasi
dalam berbagai hal.
v Gangguan
virilitas
Menurunnya kekuatan dan
berkurangnya tenaga secara signifikan, menurunnya kekuatan dan massa otot,
perubahan pertumbuhan rambut, perubahan kualitas dan kuantitas kulit,
osteoporosisi, dan penumpukan lemak dapa daerah abdominal.
v Gangguan
seksual
Menurunnya minat seksual, perubahan
tingkah laku dan aktifitas seksual, kualitas orgasme menurun, berkurangnya
kemampuan ereksi dan ejakulasi, menurunnya libido yang menyebabkan turunnya
minat seksual.
Pada
dasarnya pengodatan pada pria andropause adalah sama halnya dengan wanita yang
menopause yakni dengan terapi sulih hormon, namun hormon yang diberikan
tentunya berbeda dan sesuai dengan kebutuhannya seorang pria. Prinsip
penatalaksaan kadar testosteron adalah mempertahankan kadar testosteron
tersebut tetap normal. Tujuan dari pemberian terapi adalah guna mempertahankan
kadar testosteron di dalam rentan nilai yang normal. Cara pemberiannya dapat
diberikan dalam bentuk tablet (per oral) dan cairan yang disuntikkan (per intra
muscular).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar